Wisata kuliner bersama
kelompok wish-cool Tongtek di Wannab Café aku memesan nasi ulam Bali yang
komposisinya hampir sama dengan nasi timbel, perbedaannya nasi timbel dengan
lauk ayam goreng atau bakar sedangkan nasi ulam Bali dengan lauk ikan nila.
Ikan nila disajikan dalam
piring tersendiri, satu sisi digoreng sisi yang lain dibakar, unik juga, di
piring lain bercokol nasi putih di atas daun pisang ditemani tahu, tempe
goreng, 2 iris ketimun, dan selembar potongan kol yang diisi dengan sambal.
Sambalnya nggak aku makan tapi
aku plototin aja, boro-boro aku makan, ikan nila pedes banget soalnya, seolah
si nila berenang di irisan cabai merah yang berjibun.
Ines yang baru datang dan
duduk di sampingku turut terpesona dengan santapanku, katanya, “Ya, ampun Men
makananmu berat banget, aku mesen yang ringan aja deh, ketoprak”.
Eh, ternyata ketopraknya
Ines banyak banget dan kalau ditimbang pasti beratan santapannya daripada
milikku. Ines makan perlahan tapi pasti dan …. habis saudara-saudara, susah
membedakannya antara rakus atau lapar, kayaknya yang pertama deh!.
Santapanku sudah
dibereskan oleh waiter kecuali kobokan untuk mencuci tangan. Waiter di sini
cekatan, kalau mereka melihat kami berfoto-ria si waiter akan menghampiri
pemegang kamera untuk menawarkan diri menjadi photographer agar kawan kita bisa
ikutan dipotret. Nah, honor Uni Teppy musti kita kurangi nih, masa photographer
ikutan dipotret. Atik potong honor Teppy ya jangan lupa!.
Sebelum kobokan itu
diangkat waiter buru-buru aku minta Indra yang duduk di depanku untuk
memotretnya dan mengirimkannya melalui WA. Indra ogah-ogahan mungkin takut
nggak aku kasih honor, atau mungkin dia terheran-heran karena biasanya wisata
kuliner yang dipotret makanannya eh yang ini minta kobokannya.
“Yang ini?????”, nada
Indra penuh keheranan.
“Udah potret aja!, kobokan
ini entar juga jadi bahan cerita”, Yus yang duduk di samping Indra memberinya
semangat.
Sekarang aku cerita
tentang kobokan. Nah, tahun 1991 aku bersama Hans Awuy menemani tamu orang
Korea di Bontang, malam itu kami makan seafood di sebuah warung, zamanku belum
ada restoran di sana. Ikan di Bontang segar-segar jadi rasanya pasti enak
banget.
Sambil menunggu pesanan
sang pelayan memberikan 3 buah kobokan, masing-masing memperoleh satu. Airnya
diambil dari ember hitam dan ditambahkan seiris jerus nipis. Lagi asyik
berbincang tiba-tiba si Korea memegang kobokan dan meminum isinya, glek ... glek .....glek. Ya ampun, mampus gue! Air kobokan kok
diminum, emang elo kira sup jeruk nipis.
Untuk menjaga tata-krama
aku dan Hans nggak berani mencuci tangan di kobokan takut si Korea malu, tapi
kami juga nggak mau ikut-ikutan minum air kobokan.
Nah, kalau kamu mau
mencoba sup jeruk nipis, tuh di atas meja masih ada 2 kobokan yang belum
diminum, udah nggak usah malu-malu …. diabisin aja!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar