Hampir semua orang kalau
mau ketemu kawan-kawan pasti senang karena bisa menghilangkan stress, namun hal
itu nggak berlaku bagiku kali ini. Coba bayangkan dress code-nya gaya Betawi, celana
bang Mandra, celana batik, dan baju koko. Aku sudah mencari celana batik di
Sogo yang di bilang orang paling lengkap nggak ada. Mau nyolong jemuran bang
Mandra nggak tahu alamatnya.
Dikasih alternatif, pilihannya
lebih susah, celana warna hitam cingkrang, kaos oblong, gesper hijau besar,
peci, sarung, dan golok. Di rumah yang ada cuma golok untuk masak yang masih di dalam kemasannya,
nggak pernah dipakai.
Akhirnya aku menuju Admiralty
Residence, di jalan Raya RS Fatmawati bermodalkan baju koko doang, hadiah ulang
tahun dari kakak ipar. Nama yang punya rumah belum aku bocorin sekarang, entaran ye!, kata orang Betawi.
Aku sampai nyaris jam 12
gara-gara macet di tol JORR, tadinya aku pikir kok banyak banget yang diundang
sampai jalan tol macet.
Di depan rumah berjejer
sepatu dan sandal, pertanda aku harus membuka sepatu sebelum masuk ke dalam. Di
luar sih sepi tapi begitu pintu rumah aku buka, terdengar deh kotekan mpok-mpok
dengan kebaya encim dan kokokan abang-abang bergaya bang Jampang yang rame
banget.
Nuansa Betawi semakin
terasa dengan hiasan bilah bambu yang dibungkus kertas krep, apa ya namanya? aku
nggak inget. Hidangan Betawi nggak mau ketinggalan, ada nasi uduk, asinan, dan …..
jengkol saudara-saudara!.
Berhubung aku haus, yang
aku ambangi minuman duluan, segelas sudah aku tenggak, ternyata bir. Aku
berharap mudah-mudahan nggak mabok. “Nggak
mabok lah Men!, ini kan cuma bir pletok!”.
Kamu tahu kan aku tuh
perhatian banget, makanya ketika main poto-potoan aku lihat yang punya rumah
nggak ikutan, akupun memanggilnya untuk bergabung, “Kathy…., Kathy ….. ayo
ikutan!”, yang punya rumah berlari untuk ikut main poto-potoan.
Setelah selesai yang punya
rumah bilang, “Men, gue Diah bukan Kathy!”, ya ampun, udah kenceng salah pula!.
Jujur aja aku tahu yang punya rumah Diah Minarni tapi berhubung aku baru
terkesimah dengan bawaan Kathy, makanya yang keluar dari mulutku Kathy. Kamu
tahu kenapa aku terkesimah, soalnya Kathy bawa jengkol dan nggak tanggung-tanggung
ada 2 macam, semur jengkol dan rendang jengkol.
Itulah sekelumit keakraban
kami, komunitas pencinta kuliner Smandel, Tongtek namanya. Bisa membuat hati
senang dan perut kenyang, namun meninggalkan kecemasan.
Bagaimana nggak cemas
coba!. Gimana kalau acara berikutnya bernuansa Papua, masa sih aku datang cuma pakai
koteka.
Najmiah Kosasih: Tks mas Chormen...ceritanya bagus....
Marcy: Mas Omen lucu cetitanya .. makasi bikin senang bacanya ..
Najmiah Kosasih: Tks mas Chormen...ceritanya bagus....
Marcy: Mas Omen lucu cetitanya .. makasi bikin senang bacanya ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar