Di Smandel Go Green Music
Festival aku sempat berbincang cukup lama dengan Arieswari Putri‘86, ibu 3 putra,
sejauh ini dapat dikatakan keluarga arsitek sebab Aries dan suaminya lulusan
Arsitektur UI walau berbeda angkatan, anak pertamanya sedang kuliah di jurusan
Arsitektur di perguruan tinggi swasta di Bandung.
Aku ingin berbagi cerita
serunya sekolah allen mannen, sekolah yang muridnya laki-laki semua, Panggudi
Luhur alias PL di jalan Brawijaya, biar kamu bisa membandingkan dengan sekolah
kita yang muridnya campuran, kebetulan anak pertama Aries baru lulus dari sana
sedangkan anakku masih di kelas 11.
Sekolah ini melegalkan
senioritas, makanya murid baru takut banget sama senior, mereka taat
menjalankan aturan turun-temurun. Anak kelas 10 di luar sekolah kemana-mana
harus memakai celana pendek dan kaos oblong yang ada embel-embel kegiatan siswa
PL, alas kakinya sandal jepit atau sepatu kets murahan, kaos dalam seragam
berupa kaos singlet warna putih, harus warna putih loh!.
Namanya sayang anak untuk
kegiatan ekstra kulikuler sepak bola, aku membelikan anakku sepatu bola
bermerek tersohor biar nggak cepat rusak, namun baru sekali dipakai dipinjam
seniornya kelas 12 dan dikembalikan setelah si senior lulus, pinjamnya 1 tahun,
mungkin lebih tepatnya disita karena kelas 10 tidak boleh memakai barang mewah.
Tempat nongkrong sebelum
dan sepulang sekolahpun ada aturannya, angkatan genap di sebelah kanan sekolah,
SUR namanya, sedangkan angkatan ganjil di sayap kiri, namanya AC.
Kalau diantar tidak boleh
turun di depan sekolah karena punya kelas 12, anakku angkatan 2014 jadi
turun-naiknya di SUR.
Hari pertama naik ke kelas
11, ada pelantikan oleh kelas 12, pukul 6.30 pagi mereka disuruh membuka baju
seragam bersama-sama sehingga terlihat kaos oblong warna putih, nah mereka naik
pangkat dari kaos singlet ke kaos oblong tetapi harus warna putih, kalau kelas
12 kaos oblongnya boleh warna-warni. Sekarang kalau jalan-jalan sudah boleh
pakai celana panjang. Setiap sekolah hari Jumat sudah boleh berpakaian bebas dan
bercelana jeans kecuali warna hitam yang punya kelas 12.
Buat yang pintar boleh
gondrong, tetapi persyaratannya nggak mudah, mereka harus memiliki nilai di
semua pelajaran tidak kurang dari angka 75.
Anak PL nggak kenal
tawuran karena kalau ada perselisihan diselesaikan dengan cara man to man, duel
1 lawan 1. Laki-laki banget!.
Nah, menurutku yang paling
unik mereka punya nama PL yang akan melekat seumur hidup di kalangan mereka,
diberikan selepas masa orientasi sekolah. Anakku pangilannya Maling, anak Aries
dipanggil Helpme dari nama aslinya Hilmy, masih mendingan, nggak seru ah!. Aku
sendiri jadi ikut-ikutan, sekarang aku jadi lupa nama kawannya Maling yang
sering ikut mobil kami karena aku selalu memanggilnya Kampuang.
Kamu masih ingat Rafi
murid PL yang tewas tahun lalu di sebuah kafe di Kemang, almarhum panggilannya
Bolpan.
“Bolpen kali!, Bolpan emangnya
apaan?”, aku bertanya kepada Maling.
“Bukan Bolpen tapi Bolpan
pa!, tapi aku nggak tahu artinya apa”, mungkin karena Maling malu menyebutkan.
Dari Aries aku tahu bahwa
Bolpan adalah kependekan dari …….. Bolongan Pantat.
Arieswari Putri,
Haha.. Menarik tulisannya, Bang... Aku belum bisa bikin kayak begitu... Baca tulisannya Bang Chormen jadi merasa 3 tahun anakku di SMA Pangudi Luhur terasa cepat. Ingat masa2 deg2an krn mereka "puls", hrs ikut ke acaranya kakak2 kelas, dsb yg bikin mereka jd sering pulang telat.
Soal nama khas PL emang bikin bingung. Mereka terbiasa saling panggil dgn nama itu. Alhasil ortu malah jd gak tau nama asli teman2 anaknya. Di rapat2 POMG jg kebawa menyebut nama PL anak2. Tp seru dan lucu nama2nya. Kalo anakku msh mending... Hilmy jd Helpme... Lha teman2nya jd Itil, Bangor, Pekong...
Terus yang seru lagi tiap acara PL Fair (udah pernah nonton belum?) ada yg namanya Cheers PL - cheerleaders yang anggotanya cowok semua. Kayaknya belum ada di sekolah lain deh.. Setiap tahun selalu datang ke PLF buat lihat atraksi itu.
So, buat Maling, selamat menikmati fase "manusia"... (kelas 10 : budak, kelas 11 : manusia, kelas 12 : raja). Kalo anakku udah "dewa" karena udah jadi alumni.
![]() |
Hilmy & Almarhum Raafi - 17 Agustus 2009 |
Arieswari Putri,
Haha.. Menarik tulisannya, Bang... Aku belum bisa bikin kayak begitu... Baca tulisannya Bang Chormen jadi merasa 3 tahun anakku di SMA Pangudi Luhur terasa cepat. Ingat masa2 deg2an krn mereka "puls", hrs ikut ke acaranya kakak2 kelas, dsb yg bikin mereka jd sering pulang telat.
Soal nama khas PL emang bikin bingung. Mereka terbiasa saling panggil dgn nama itu. Alhasil ortu malah jd gak tau nama asli teman2 anaknya. Di rapat2 POMG jg kebawa menyebut nama PL anak2. Tp seru dan lucu nama2nya. Kalo anakku msh mending... Hilmy jd Helpme... Lha teman2nya jd Itil, Bangor, Pekong...
Terus yang seru lagi tiap acara PL Fair (udah pernah nonton belum?) ada yg namanya Cheers PL - cheerleaders yang anggotanya cowok semua. Kayaknya belum ada di sekolah lain deh.. Setiap tahun selalu datang ke PLF buat lihat atraksi itu.
So, buat Maling, selamat menikmati fase "manusia"... (kelas 10 : budak, kelas 11 : manusia, kelas 12 : raja). Kalo anakku udah "dewa" karena udah jadi alumni.
Akmal Nasery Basral,
Keren, keren, keren! thanks buat om Chormen Omen dan tante Arieswari Putri yang udah sharing dunia PL yang menarik ini. Kebayang gimana seru sekaligus deg-degannya sebagai ortu.
![]() |
http://www.shadowsyndrome.com/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar