Kami sampai di Sapulidi,
semua makanan yang kami pesan, 13 macam, sudah disajikan. Azwardi datang,
menyusul langsung dari Jakarta sendirian, dia agak menyesal nggak ikutan
trekking.
Azwardi, Budi, Deden, Ady, Willem, O, Syamsi, Aria
Antho Kuncen and Willem Teddy Usmany like this.
|
Edi Bajaj, yang bernama
asli Edi Wiharnoko, belum datang menjadi bahan pembicaraan. Kawan kami yang
satu ini biasanya senang membuka dua kacing atas bajunya, sehingga bulu dadanya
yang lebat dan hitam bisa terlihat dengan jelas. Kebiasaan itu sudah nggak bisa
dilakukan sekarang soalnya bulu dadanya sudah putih beruban.
Rio, Jedo, Bajaj, Deden, Willem, Umul
Nursyamsi Kurnia Utama and Ratih Puspawati like this.
|
Aku penasaran mengapa
dinamakan Bajaj.
“Yang tahu Azwardi tuh!”,
Budi menjelaskan.
“Tapi jangan
bilang-bilang, nanti Bajaj marah sama gue”, jawab Azwardi.
“Hati-hati Az, ada Chormen
nanti dimasukin blog”, kawan-kawan mengingatkan.
“Kalau dimasukin blog sih
nggak apa-apa”, jawab Azwardi lagi.
Azwardi asyik bersemangat
bercerita, aku asyik menjamah makanan, kali ini giliran ikan asin, sedap,
sekalian soto Bandungnya ah.
Alkisah Azwardi yang
selalu berkawan dengan Bajaj, saat di kelas sebelumnya, 1 IPA 8. Seperti biasa
mereka suka nongrong di depan sekolah, eh, mereka melihat ada tukang bajaj lagi
mangkal, wajahnya mirip Edi, maka dinobatkanlah Bajaj sebagai nama ngetop Edi.
Ternyata nih, Smandel
sebagai sekolah terbaik di Indonesia ada juga muridnya yang kayak tukang bajaj.
2 komentar:
Men, ada cerita mengenai si bungsu gak?
Ada sih, nanti deh aku ceritain
Posting Komentar