Jelang
senja kami berada di pantai Ujung Genteng, pantai yang banyak dinikmati oleh
penyu untuk bertelur, dulu ada 6 species yang rajin sowan ke sini, kini yang
datang cuma species yang itu-itu aja, penyu hijau tok.
Tanya
punya tanya kepada penjual tiket masuk Area Pelestarian Penyu, hari ini kebetulan
ada jadual pelepasan tukik, baru deh kita masuk dengan membayar 10 ribu per
kepala, untung masing-masing orang kepalanya hanya ada satu.
Turun
dari Elf harus memakai jas hujan atau payung, bakalan jadi asyik nih bisa
bapoto dengan gaya agak lain, dengan jas hujan dan payung berwarna-warni, ada
juga yang bawa payung polkadot, jujur bicara aku baru sekali ini melihatnya.
Pantainya
bersih dan sepi, seolah menjadi pantai pribadi kapan lagi bisa begini, mantafs.
Mulailah aksi di depan kamera, keren-keren ya.
Setengah
enam sore tukik-tukik mulai dikeluarkan dari tempat penetasan, rumah
sementaranya, sebelum dilepas ke lautan yang luas untuk menghirup air lautan
dengan bebas merdeka.
Eh,
ngomong-ngomong kamu tahu nggak perbedaan penyu dengan kura-kura?, nih aku
kasih tahu ya.
Ada 3
perbedaannya, pertama penyu hidup di laut, kura-kura habitannya di darat, kedua
kepada dan kaki penyu tidak bisa masuk ke dalam cangkangnya, sedangkan
kura-kura insya Allah bisa, nah yang ketiga kakinya, kura-kura kakinya bulat
yang dipergunakan untuk berjalan, termasuk berjalan di di dalam sungai, kalau
penyu kamu pasti tahu dong, kakinya seperti dayung untuk berenang di lautan
bebas merdeka. Oke, paham ya, jangan salah.
Eh, kok
pantainya sekarang jadi agak ramai, mungkin mereka menunggu waktu pelepasan
tukik di tempat lain atau mungkin minder dengan kita-kita yang merajai dunia
perfotoan walaupun kelasnya baru sebatas Ujung Genteng.
Kami
berdiri di belakang garis yang dibuat pelestari penyu menghadap laut yang konon
dikuasai oleh Ratu Pantai Selatan, Nyi Blorong, eh bukan deng Nyi Roro Kidul.
Tujuan garis yang dibuat oleh kaki si pelestari penyu adalah agar kita
melepaskan tukik di atas pasir sehingga tukik berjalan ke arah laut sambal
mencium aroma pasir Ujung Genteng, kelak 30 tahun lagi mereka kembali ke sini
untuk bertelur.
Aku memegang
si anak penyu dengan berhati-hati, takut terlepas, dag-dig-dug, eh ternyata di
tukik menambahkan dengan pret. Pretnya jatuh ke tanganku, ibarat kata rejeki
nggak kemana.
Seolah
lomba berjalan di pasir para tukik berusaha untuk menjadi yang pertama masuk ke
dalam lautan, tarikan ombak mempercepat usaha mereka. Alhamdulilah semuanya
berhasil melintasi garis embarakasi pasir dan lautan, selamat berjuang penyu
muda.
Saatnya
tampilkan foto keindahan alam Indonesia kepada kawan-kawan melalui WA grup
Ilalang, Ikatan Alumni Petualang Smandel, agar membakar minat mereka untuk
beranjangsana ke sini, yuk kita kemon!.
Sambutan
Ilalangers sungguh mereka antusias sekali atas kiriman foto-foto kami,
komentarpun sungguh tidak terduga, “Omen, payung kamu keren!”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar