Puas
melepas penyu ke laut, hari kedua kami akan mengunjungi curug-curug cantik di di
Ciletuh Geopark, Sukabumi dan bermalam di Puncak Darma.
Aku
ceritakan kunjungan Puncak Darma dulu ya. Nah, dari Ujung Genteng ke Puncak
Darma melewati Panenjoan, suatu bukit untuk memandang teluk Ciletuh dari
tengah sehingga sang teluk terlihat simestris, diapit dua bukit, yang di sebelah
kanan Puncak Darma tempat kami menggelar tenda nanti.
Setelah
melewati pantai Ciletuh sampai deh kami di tempat yang bernama Cimarinjung, dari sini
ke Puncak Darma bisa naik ojek, tetapi
kami memilih untuk berjalan kaki selama 1 jam menanjak, bukan karena nggak
punya duit, tapi sesuai moto Illalang, “Kalau bisa dibuat susah kenapa harus
dibikin gampang!”, itulah dia komunitas yang suka mencari susah.
Aku
nggak merekomendasikan kamu naik naik ojek karena jalannya berbatuan dan licin,
apalagi ketika kami menanyakan helem, eh
para ojekers malah menertawakan, “Di sini mah nggak perlu pake helem”. Yang
salah siapa ya?, bukankah helem untuk keselamatan penumpang?.
Jalan
menanjak lumayan terjal, aku mengambil stategi berjalan dengan langkah pendek
namun konstan dengan cita-cita nggak pakai berhenti di tengah jalan, jujur aja capek
banget. 2 per-3 perjalanan kontur tanah menurun, pertanda akan melewati
jembatan, sesuai informasi penduduk.
Aku pikir
jembatannya seperti di Badui, nggak tahunya jembatan beton yang kokoh, di
jembatan tertulis “Dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum”, bisa dilewati
mobil dong. Betul juga di persimpangan ada 3 mobil double gardan muncul di
belakangku.
Mobil-mobl
itu mengganggu kenikmatan perjalananku, kalau mau lewat silahkan deh lewat aku
kasih jalan. Aku sudah berbelok, si mobil tidak terlihat, bahkan suaranya
semakin samar, sampai aku lupa ada mobil dibelakangku. Akhirnya aku sampai di
Puncak Darma tanpa tersusul oleh mobil off-road tersebut.
Bahkan
setelah menikmati kelapa muda belum ada tanda-tanda mobil off-road itu muncul,
malu mungkin karena nggak bisa nyusul aku.
Capeknya
trekking menuju Puncak Darma selama satu jam terbayar lunas, pemandangan yang
diperoleh keren banget.
Ami yang
semula mau naik ojek sampai, kemudian Yani disambut tepuk tangan kami. Walaupun datang belakang tetap hebat bisa mengalahkan
mobil off-road yang belum nongol juga. Ternyata salah satu mobil tersebut
nyungsep, mungkin kualat karena mau mengajak adu balap dengan kami.
Rupanya
bukan hanya 3 mobil, konon ada 4 mobil salah satunya ambulan, mungkin pejabat
yang lagi ber-off-road-ria dengan memanfaatkan fasilitas negara.
Malam
ini aku capek banget, selesai makan malam dengan nasi liwet dengan lauk ayam
bakar dan goreng serta ikan peda, aku tidur nyenyak banget. Proses tidurnya
lancar jaya, begitu masuk tenda merem dikit langsung bablas, nggak pakai dieja,
“te i ti, de u du r dur, ti dur”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar