Aku menduga kamu akan
bertanya, “Apaan sih tuh makan terstruktur?”. Aku nggak perlu menjelaskannya,
kamu cukup baca aja cerita ini.
Aku agak kaget juga loh
ketika bang Husni mendekatiku dan berkata, “Chormen dulu pernah main film ya,
wajahnya kok kayak familiar?”. Aku jawab sejujurnya berhubung yang bertanya
anak 1974., “Nggak kok mas, saya nggak pernah main film, cuma sering jadi
produser aja!”. Nggak pernah main film sih jujur, sering jadi produser agak
ngibul-ngibul dikit!.
![]() |
Sebar2 lauk di atas daun pisang..jambrong goreng balado, tahu tempe goreng, sambel goreng jengkol, pete kukus, pete bakar, pete mentah, pepes ayam...yuuukk |
Sementara kami menunaikan
shalat zhuhur Pamela menata hidangan makan siang hasil ngeliwet, di atas
hamparan daun pisang. Bukan karena Pamela jatuh bangkrut karena makan siang
tanpa piring, mangkok, sendok, garpuk, bahkan kobokanpun tak ada, tapi kami
mencoba sensasi makan secara zaman batu.
Pertama kali aku makan
model zaman batu gini ketika selesai doa bersama usaha jamur tiram putih di
bilangan curug Nangka, Bogor, sekitar tahun 1998. Kini usaha itu nggak berbekas
sama sekali. Sensasi makannya nggak bakalan lupa.
Sayangnya piring daunnya
dibuat 2 banjar, kalau satu Banjar lebih seru sepertinya. Udah deh nggak usah
banyak ngomong kita sikat aja, nasi liwet dengan pepes ayam, tahu, tempe
goreng, dedaun makan pokoknya orang Sunda dan nggak ketinggalan semur jengkol
dan pete.
Ada yang makan jengkolnya
malu-malu kucing, padahal kalau kucing makan jengkol bukannya malu-malu tapi
emang nggak doyan.
Singkat cerita selesai
sudah, semua berdiri meninggalkan posisi masing-masing, baru ketahuan deh
perbedaan cara makan di kedua kelompok. Biasa, main ledek-ledekan dimulai deh.
Riry bilang, “Grup kita
dong makannya terstruktur”.
“Apaan tuh makan
terstruktur”.
“Makannya rapih, nggak
acakan-acakan kayak kucing garong”, Riry menjelaskan.
![]() |
Ini dia sisa daun ngaliweut yg dibahas tuntas.. Sisi kiri berantakan tp lauknya banyak habis Sisi kanan rapi licin (alas daun pake dijilat kah?) tp yg abis nasinya..kekekek karbo loading.. — at CIFOR. |
Grup lain nggak mau kalah
sewot.
“Itu makan kayak apaan?,
ayamnya masih ada, tempe, tahunya masih ada”.
“Itu sengaja buat
dibungkus dibawa pulang”.
“Lah, itu daunnya sampe
bersih, dijilatin kayak kucing”.
Mulai deh seperti kucing
ngeledekin kucing.
Paling kocak memang anak
74, bang Husni bilang, “Di sini bisa kelihatan mana yang makan hambah Allah,
mana yang hambah sahaya”.
Semua tertawa, akupun ikut
tertawa walaupun aku kurang jelas bang Husni bilang apa?, aku bertanya kepada
orang di sebelahku, “Tadi barusan ngomong apa …?, hambah Allah, satu lagi
hambah apa?”.
“Hambah sahaya”.
Aku tertawa lagi dalam
hati, “Ya, ampun hambah sahaya ….. kosa kata yang terakhir aku dengar 40 tahun
lalu ……., padahal umurku baru 20 !”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar