Tiga dekade lalu seorang kawanku ogah banget ketika
ditawari untuk mengunjungi beberapa museum di Belanda, “Nggak asyik banget!”,
ujarnya.
Kini giliran aku membaca itinerary jalan-jalan ke
Surabaya dan Malang dari tanggal 17-19 April 2015 bersama Feds yang isinya mengunjungi 3 museum,
kalau aku pergi sendiri aku bakalan bilang, “Idih, males banget!.
Museum pertama yang kami kunjungi Museum Sampurna di
Surabaya, dari namanya kami bisa menerka jeroan museum ini pasti isinya
berkisar rokok merokok. Lokasinya di paberik rokok Sampoerna yang pertama.
Kalau kamu membaca tulisan paberik itu memang aku sengaja biar lebih kental
nuansa museumnya, jadi bukan karena salah ketik, paham ya!.
Pintu museum dibuka dari dalam oleh 2 dara manis, aroma
menyambut kami, “Tembakau”, ujar beberapa dari kami. Bel di dalam hatiku
berbunyi, “Tet ..tot”, salah. Walaupun di ruangan ada beberapa keranjang
tembakau tapi buka aroma tembakau yang dominan melainkan aroma cengkeh yang
menyengat. Semeriwing cengkeh sampai ke lantai 2.
Kita mulai dari lantai 2, seolah berdiri di balkon kamu
bisa melihat aktifitas pabrik rokok beneran dengan peralatan zaman dulu lengkap dengan buruhnya, kalau
kamu datang antara pukul 8 sampai pukul 13, kamu juga bisa membeli
merchandiser. Di lantai 1 ada laboratorium, oven pengering, drum band Sampurna
yang berjaya di era awal 1980an, dll. Di museum ini kamu nggak perlu takut
kepanasan karena ruangannya pul AC.
Museum berikutnya, Museum Angkut di Batu, Malang. Namanya
museum angkut ya isinya alat angkut dari
becak, gerobak, delman yang made in Indonesia, replika sepeda dengan ban mati,
mesin uap, motor, mobil, dll, dan nggak ketinggalan kendaraan yang menjadi
saksi sejarah perang dunia.
Buatku yang menarik Mercy Batman, Mercedes Benz tahun
1960an berwarna hitam dengan 2 ujung bagian belakang runcing seperti mobil
Batman, aku dulu pernah punya soalnya. Kalau nyetir mobil itu serasa menjadi
orang paling kaya di dunia.
Nah, nggak mau kalah sama isi museum, Feds memakai dress
code zaman dulu di era 1950an, mereka bikin video clips segala. Bagus dan
kreatif!.
Museum yang ketiga adalah Museum Malang Tempo Doeloe,
sayangnya si empu museum yang merangkap pemilik rumah makan di sampingnya
menutup museum dan restoran untuk persiapan acara khitanan pemiliknya, eh putra
pemiliknya. Kami kecele!.
Sebagai hadiah hiburan kami diperkenankan berfoto ria
dengan tempat makanan kaleng yang biasa dipakai penjajah kue baskom, bagus buat
foto-fotoan.
Sayang ya museumnya tutup. Mungkin si pemilik punya
alasan …… takut isi museumnya kalah antik dibandingkan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar