Kamis, 19 Februari 2015

Petik Rambutan Bungkus di Kain

Sejak Desember tahun lalu, tepat saat Bakti Sosial Smandel 81, khitanan, di Jonggol, aku memperkirakan paling lama 3 bulan Apadelaers pasti teriak di WA grup untuk ngumpul lagi.

Dugaanku nggak meleset, belum sampai bulan berganti dari Pebruari menjadi Maret, artinya baru 2 bulan, permintaan untuk berkumpul berkumadang, apalagi ada tawaran terbatas dari Iriana untuk menyikat habis rambutan di rumahnya yang lagi ranum-ranumnya. Penawaran terbatas artinya telat seminggu aja itu rambutan bakal disosor orang lain.


Bagaikan kucing ditawari ikan asin, langsung aja kita samber ikan asinnya, eh, rambutannya.

Begitu banyaknya tanggal merah membuat kawan-kawan bingung menetapkan hari, diskusi mulu, aku diam aja, siapa tahu mendapat emas.



Diamnya sudah berhari-hari si emas tak kunjung datang, bagaikan Power Ranger aku berkata, “Saatnya berubah”. Ngumpulin Apadelaers kan gampang, kasih aja maklumat, “Temu Jidad Apadela: Petik Rambutan Bungkus di Kain, Kamis, 19 Pebruari, pukul 10, potluck, aku bawa puding mangga buatan sendiri”.

Pancingan berupa pudding mangga, mendapat sambaran, “Aku bawa sambel Cirebon, aku bawa martabak, aku bawa cumi asin pete, aku bawa nasi timbel, aku bawa pepes peda, aku bawa buntil, aku bawa rengginang, aku bawa ….. mas Yudhi”, kumplit deh!.  Coba tebak siapa yang membawa mas Yudhi?, tinggal menunggu undangannya nih!, yang pasti bukan aku, masa sih jeruk makan kedondong.


Di hari H aku nggak bisa membawa pudding mangga berhubung semalam nggak sempat membeli bahannya, sebagai gantinya aku membawa pastel dan kawannya. “Nggak aci ah, pokoknya pudding mangganya harus dibawa di acara berikutnya”, Tatik yang sejak subuh berangkat dari Garut berkomentar.

Untuk mengundang kawan-kawan ke acara ini nggak sulit, sekarang sudah ada WA, tinggal potret, kirim gambarnya, datang deh Iin, Andy, Iriani, Jimbo, dkk, tapi ada juga sih yang keqi, mungkin karena melihat Apadelaers kompak banget.



Bung Syamsi kali ini nggak datang, sebagai Dewa Angin dia sibuk mengurus cuaca, sebab di Jakarta selain musim rambutan juga musim banjir.


Rambutan di rumah Iriana sudah tinggal comot. Urusan panjat memanjat pohon kita serahkan kepada Andri adik Tatik dan Adi supirnya Uun, kami sih cuma menyerahkan kantong asoy tanda berminat membawa pulang entuh rambutan, lagian juga sudah nggak model petik rambutan bungkus di kain buatan bangsa, soalnya ribet dan capek nyucinya kalau kotor.

Tidak ada komentar: