Sudah lama nggak beranjang
sana ke kantor Jojo, Smandel 80, yang menjadi salah satu klienku di asuransi,
MetLife. Jojo merupakan klienku yang tercepat untuk memutuskan memegang polis
MetLife. Bayangkan closing sebelum aku sempat dipersilahkan duduk di kantornya.
“Men, MetLife itu apaan?
Asuransi ya?”, Jojo berkata sambil memperhatikan kartu namaku sebagai Marketing
Associate.
“Iya, Jo!”, dengan sedikit
dugaan jangan-jangan ditolak.
“Selamat ya Men!, elo
ketemu orang yang tepat”, sambil mengulurkan tangannya untuk menyalamiku, “Gue
suka banget sama asuransi”.
Aku juga ingat saat itu
aku ditraktir Jojo di rumah makan Padang di belakang kantornya, enak banget,
aku kangen makanan itu.
“Men, daripada makanan
Padang mending sekalian ke Medan Baru, makan kepala ikan dan burung Punai”, kalimat
Jojo di grup WA Tongtek.
“Burung punai apaan tuh
Jo?”.
“Udah elo coba aja nanti”.
Nah, grup WA Tongtek
adalah komunitas penggemar kuliner, wajar aja banyak yang menyambar mau ikutan.
Hari H, Sekar alias Susi mengirim
berita lewat bbm, untung aja pagi itu hapeku baru kutemukan setelah seminggu
menghilang.
“Men, Medan Baru
patokannya apa?”, katanya.
“Patokannya GPS, gue nanti
shalat Jumat di Berlan, kalau mau ikutan tunggu aja di Gramedia”.
Ketika aku dan Sekar
sampai, kulihat Liza dan Didut tengah duduk di depan meja yang bersih, nggak
lama Jojo datang.
“Gue sama Didut udah
makan, tadi rame banget di sini”, sambut Liza.
Pramusaji meletakan
beberapa piring makanan dan sepinggan kelapa ikan ukuran besar berada persis di
depan mataku.
“Waduh, gue nggak tahu
gimana cara makannya?”, aku bertanya.
“Begini nih!”, Didut
berdiri mengambil sendok garpu dan memotong kepala kakap menjadi beberapa
bagian, “Udah, tinggal ambil aja!”.
![]() |
Bingkisan dari Jojo, masing2 mendapat 4 punai. Terima kasih ya Jo!. |
Mungkin kamu berpikir, norak
banget belum pernah makan kepala ikan!. Jujur aja aku dulu nggak suka makan
ikan, maaf ya aku biasanya muntah kalau makan ikan yang berkuah. Bahkan pernah
aku berkunjung ke kerabatku yang menyajikan pindang kepala ikan, aku hanya bisa
bilang, “Maaf ya!, aku nggak bisa makan ikan yang berkuah”.
Lain dulu, lain sekarang,
itu ikan enak banget. Mana nih si burung punai?. Aku lihat ada 4 potong di atas
piring kecil, seperti biasa kalau unggas aku memilih bagian dada, kok sama
semua. Aku ambil satu yang kupikir dada, setelah aku perhatikan ada leher,
badan, sayap, dan kaki, eh ternyata si burung punai kecil banget!, aku pikir
segede garuda.
Ian, Atik, dan Erma datang
menyusul, kulihat Ian makan kepala ikan nikmat banget, sampai dijilat-jilat dan
diisep-isep itu tulang kepala ikan.
“Gue baru tahu makan
kepala ikan kayak begitu”, kataku.
“Iya gue juga baru tahu!”,
Susi nggak mau kalah, “Tahu gitu gue isep-isep juga itu kepala ikan!”.
“Sus, elo mau
ngisep-ngisep kepala ikan?, kalau elo mau gue ambilin nih kepala-kepala ikan
yang udah dibawa ke belakang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar