Sayang banget rasanya kalau aku sampai melewatkan menulis
pengalamanku melakukan persiapan mengikuti lomba memasak dalam acara Good Food
Festival di Citos yang dikemas oleh Ikatan Alumni Smandel.
Tentu saja karena bagiku rasanya stress menjauh ketika
jemari tanganku menari-nari di atas tuts laptop menuangkan benak kepalaku
menjadi sebuah cerita, apalagi yang kuceritakan obat penghilang stress yaitu tentang
jemariku yang menari memainkan alat masak walaupun belum semuanya aku tahu
namanya, contohnya aku baru tahu kalau
alat untuk membalik-balik gorengan namanya Sutil 2 minggu lalu, kebangetan!. Nah, ramuan pengilang
stress yang paling mujarap bagiku sudah pasti ketika jemariku memegang segepok
uang.
![]() |
|
Aku bisa ikutan lomba masak GFF boleh dibilang
nasib-nasiban, soalnya pendaftaran lomba sudah lama ditutup, dari 20 booth
lomba hanya ada 18 peserta, sayang kan!.
Rupanya 2 booth yang lain untuk panitia jualan walaupun
banyak diminati peserta yang mau daftar ikutan lomba lomba tapi nggak dikasih
dengan alasan pendaftaran lomba memasak udah ditutup, kasihan!. Sekarang giliran aku mengadu peruntungan, siapa tahu
dikasih, eng … ing … eng…
Melalui WA Adith humasnya GFF sang komandan, Fifi Mutia,
bertanya, “Siapa yang mau ikutan lomba?”, aku jawab aja, “ya siapa lagi kalau
bukan the O”. Malam itu nggak ada jawaban.
Paginya aku mendapat jawaban dari Adith begini, “Pagi
mas… lg dipertimbangkan sama bu ketua.tunggu ya”. Agak siangan berita dari
Adith menyusul, “Blm dijawab sama mba fi…sabar ya”. Lebih siang lagi, “Hallo
mas Chormen..nti ya japri after hrs tng lomba masak”.
Waduh nggak bakalan dikasih romannya, siap-siap kecewa,
akhirnya 10/15 7:50p datang berita dari Adith, “Sudaah sampe rmh..iyaa kmrn tuh
mba fifi deeply thought tng gmn caranya ya spy bisa mengakomodir idenya mas
omen. Jadi ada 2 opsi nich ..bla..bla..bla..”
Begitu dikasih aku jadi bingung, soalnya aku pingin
banget di lomba bikin sushi, buka karena aku piawai banget, tapi justru karena
aku belum pernah membuatnya. Aku bilang ke panitia bahwa keputusan ikutannya 2
hari lagi setelah aku belajar bikin sushi, masih dikasih juga.
Nah loh, nggak bisa mundur nih, makanya aku buru-buru
belanja beras Jepang 44 ribu sekilo, nori 20 ribu 5 lembar, kecap shusi 50 ribu
100 mililiter, tempura udang siap goreng 39 ribu selusin, timun Jepang,
alpukat, dll, yang nggak dapat justru penggulung sushi dari anyaman bambu.
Target belajarku sore ini nggak muluk-muluk, bisa
menggulung sushi dengan baik dan benar dan hasilnya nggak mengecewakan. Soal
rasa biar tester, istri dan anak-anakku, yang menilai. Enak banget!, kata
mereka. Eh, aku lupa deng!, enak apa enak banget ya?.
![]() |
|
Sushi roll pertamaku dengan nori di dalam dan nasi di
luar, aku belum tahu istilah Jepangnya apa?. Kenapa aku buat begitu karena di
atas nasi akan aku beri unagi. Bentuknya bagus walau nggak digulung dengan
pengulung sushi beneran.
Bagusnya anyaman bambu pengulung sushi aku dapatkan di
Daisho, Kokas, malam hari menjelang lomba, kira-kira 12 jam sebelum perlombaan.
Untung dapat, kalau nggak aku terpaksa ikutan lomba memasak dengan menggulung
sushi pakai koran, kamseuk banget!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar