“Kalau foto aja bayarnya
30 baht, kalau mau dicium harus bayar 100 baht!”, cerita meluncur dari mulut
Syamsi. Untung nggak jadi minta cium, kalau nggak sudah harus keluar 100 baht
yang mencium asalnya lelaki juga, jeruk makan jeruk jadinya.
Di restoran terbesar di
dunia lain lagi ceritanya, pramusaji membawa makanan dengan ber-flying fox dan
bersepatu roda, padahal yang disajikan kangkung. Bawa kangkung aja pakai
gaya-gayaan begitu!.
Itu sekelumit cerita
Apadelaers saat blusukan dalam acara Temu Jidad Apadela: Bangkok dan Pattaya
15-18 Desember 2012. Acara yang dirancang 6 bulan sebelumnya dengan berburu
piknik murah. Pesertanya 22 orang jumlah yang pas untuk jalan-jalan.
Mereka mendapatkan
jalan-jalan ke 22 lokasi wisata di Bangkok dan Pattaya dengan harga promosi,
untuk tahun 2013 Apadelaers akan mengadakan acara yang lebih gila lagi.
Kemana ya? Aku kasih tahu nggak sih sekarang?.
Waktu itu aku diajak
tetapi aku menolak, dengan alasan rumahku masih berantakan. Mereka kecewa
ketika mengetahui aku nggak ikutan, kesemuanya kecewa dengan satu alasan, nggak
ada ceritanya.
Uun sampai bilang begini, “Waduh,
gue udah jauh-jauh ke Bangkok nggak ada ceritanya”.
“Iya nih masa nggak ada
ceritanya”, Kania menimpali.
Mereka kan bisa
foto-fotoan, beberapa diantaranya aku pilihkan. Jadi semakin kelihatan deh
bahwa Apadela, kelas yang nggak ada duanya, kelas terbaik dan terkompak Smandel
sepanjang masa.
“Elo kenapa nggak ikutan?”,
beberapa kawan masih penasaran.
Ya begitulah aku kalau
nggak ikut, ya nggak ikut, keukeuh
banget.
Terkesan sama keukeuhnya
dengan Mahapatih Gajah Mada yang nggak mau makan buah Palapa, aku juga nggak makan buah
Palapa sama dengan paman Gajah Mada, Cuma bedanya sang paman nggak mau makan
buah Palapa sebelum mempersatukan Nusantara, sementara aku karena nggak tahu di
mana belinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar