“Nonton debat kok bayar!, mending nonton debat Rektor, gratis dapat
makan siang”, kata wanita yang berbincang denganku.
“Itulah hebatnya Smandel, debat yang harus bayar 350 ribu aja tiketnya
habis terjual”, jawabku.
Aku belum sempat membeli tiket yang terjual habis itu, terbayang senangnya
dua anakku yang laporan nonton Joker yang penontonnya sampai baris depan. Andai
aku juga punya tiket debat yang larisnya kayak filem box office.
Bagusnya darah keberuntungan belum mau berpisah dengan urat nadiku,
nggak berapa lama datanglah whatsapp dari nomor yang belum terdaftar.
“Selamat siang Mas Chormen, mohon diterima undangan untuk perwakilan
Wiskul melalui WA ini. Semoga berkenan”, ditambah lagi, “Biar seru acara duduk
barengnyaaa”.
“Siapakah engkau kakak? Malu bertanya sesat di jalan”, jawabku.
“Mahaaap lupa perkenalan. Dengan Shirley (Keke) 8-01 Kak”, kata tulisan
yang terbaca di layar Gorilla Glass hapeku.
Aku lihat PP Shirley alias Keke yang berdiri di samping sepeda, foto 3
dimensi, aku nggak bisa melihat dengan jelas karena aku ndak memakai kacamata 3
dimensi. Melihat penjelasannya aku tambah binggung.
“Nggak segitunya (suka sepeda) Kak …. Cuma kadang aja …. Lebih suka lari
malah ….. Makanya kemarin latian bareng di Soemantri kan bareng anak2 Kak
Chormen”.
Aku mulai ngeh ternyata di acara Pra Mubes di Situgunung aku dan
Keke sempat jalan dan ngobrol bareng dari Theater ke lokasi parkir, dan
berkenalan dengan suaminya, aku menjauh karena aku sadari gedean badan
suaminya.
Seneng bisa ketemu Smandelers di Crown Plaza Hotel, mereka keren dan
rapih, maklum masuk hotel.
Acara debat yang dipandu oleh Keke, yang ngasih undangan, temen latihan
lari anak-anakku bareng Smandel Runners, yang jalan bareng dari Theater ke
tempat parkir, yang badan suaminya lebih gede, seru banget. Rugi deh kalau
nggak datang.
“Bang yang ini orangnya nggak pede”, kata Erick yang jago public
speaking setelah membaca gestur salah satu calon Ketua IAS. Ternyata
membaca bahasa tubuh asyik banget.
“Bang jangan lupa ….. pilih *** (nama Calon Ketua IAS”, kata salah
seorang timses setelah acara berakhir.
“Tergantung”.
“Tergantung amplopnya ya bang?”.
“Jangan sembarangan!!!!! … aku nggak mata amplopan ……. Tapi kalau
isinya boleh lah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar