Sempatkan deh kamu mempelajari human
behavior, ilmunya asyik banget, contohnya nih waktu acara 35 tahun
angkatanku, Smandel 1981, aku sempat berbincang dengan ibu Ketumbar, Ketua Umum
Baru, Amyta Miranti namanya, nggak sampai 5 menit bicara aku bisa tahu sifat
utamanya. Orangnya rada-rada konservatif. Konservatif bukan berarti jelek ya.
Rencananya angkatan kami mau bikin acara olah raga bersama terinspirasi
acara 17an di Kebun Raya Bogor yang ada jalan-jalan, kuliner sekaligus olah
raga, “Bantuin dong kalau kita bikin acara”.
Kalau aku datang di salah satu café di bilangan Tebet, artinya aku
mengiyakan permintaannya, begitu duduk di bangku samping kirinya, langsung
disodori pertanyaan.
“Kamu pernah bikin acara tea walk?”.
“Nggak”.
“Kenal EO yang bisa bikin tea walk nggak?”.
“Nggak”.
“Ya …, aku kirain tahu”, nada kecewanya terciri jelas.
Konservatif kan orangnya, hari begini masih mengandalkan tea walk, acara
warisan Belanda. Aku sendiri pertama kali tea walk 38 tahun lalu sebelum
penjurusan, bareng Jaya, Edwin, Sunu, Erlina, Dewi Triana, Jefri, kelas 1-1, dari
Cibogo ke puncak pas.
Aku sedikit menjelaskan nggak enaknya tea walk, kalau kesiangan panas
banget, harus pagi-pagi berangkat dari Jakarta, kalau harus menunggu 1 jam di Gadog karena buka tutup jalanan bisa bubar acaranya, nyari kuliner susah karena
macet, repot banget deh pokoknya.
“Kamu pinginnya kongkow yang sekaligus ada olah raganya kan?”, aku
menggali keinginan Amyta.
“Iya, jadi bikin apa dong?”.
“Glamping aja!, glamping itu glamour camping, tidurnya di tenda yang ada
kasurnya, ada listrik jadi handphone bisa aktif terus, ada kamar mandi, nanti
trekking ke air terjun, coba nih kamu lihat, keren kan?”.
“Ih, keren banget!”.
Jelas keren lah, wong yang aku
kasih lihat foto kemping di puncak Darma dan air terjun cantik Ciletuh, curang
ya!, nggak apa-apalah daripada kita panas-panasan tea walk ya nggak sih?.
Singkatnya, seminggu kemudian kami melakukan survei lokasi glamping di
Cijeruk dan Sentul, aku segera mengurus exit
permit dari wanita yang fotonya ada di surat nikahku, sekalian aja dari
pagi sampai malam soalnya diajak ke acara anak IPS 81, walaupun izin
perpanjangan exit permit nggak pernah sulit dan dipersulit.
Seperti biasa sesuai prosedur operasi baku, istriku, Inka, selalu
bertanya dengan siapa aja aku pergi, aku jawab pertanyaan itu, “Naik mobil
Arief, bareng Bethon, Liza, dan Amyta”.
“Amyta itu yang mana?, kayaknya baru sekali ini denger namanya”.
Arief, istriku suka hasil jepretannya, Bethon sudah pernah ke rumah,
sedangkan Liza siapa yang nggak kenal mantan preman Cijantung, “Amyta itu ketua
angkatan, temennya sahabat kamu, Rina Samsu”. Tujuannya hanya satu kalau ada
berita penting yang harus disampaikan kepadaku sementara hapeku lagi nggak
berfungsi Inka bisa menghubungi aku melalui yang pergi bareng denganku,
biasanya perlu bantuan Daisy. Apalagi dalam keadaan darurat ya kan?.
Keadaan darurat yang aku maksud, misalnya:
“Amen, cepet pulang!!!!, kita di rumah kena musibah, kelaparan, nggak
pada bisa makan ……… centong kebawa!!!”
Amyta Miranti, "Ya makanya jangan suka bawa2 centong".
Amyta Miranti, "Ya makanya jangan suka bawa2 centong".
1 komentar:
Mohon maaf bloman bisa ikut serta ya Kang omen coz banyak yg blom dikelarin ....semoga glamping Smandel 81 sukses, lancar, aman, nyaman serta berkesan....Aamin Yaa Rabb
Posting Komentar