Akhirnya hari yang kami tunggu datang juga, hari keberangkatan menuju Beijing melalui Kuala Lumpur. Tentu saja dengan sedikit deg-degan karena rute Kuala Lumpur - Beijing merupakan rute yang sama dengan MH 317 yang hilang tak tahu rimbanya.
Selepas shalat subuh aku sudah mulai bersiap, bawaanku koper kabin dan backpack. Sebetulnya berangkat dengan satu ransel sudah cukup, koper aku bawa buat tempat tentengan pesenan berupa topi tentara China dan coklat. Sederhana ya!.
Aku diantar hingga pangkalan Damri di Bekasi saat matahari beranjak naik. Mengunakan fasilitas wifi yang ada di dalam bis aku bisa mengetahui betapa hebohnya kawan sekelasku 2 IPA 8, Apadela, yang mau Temu Jidad Apadela: the Great Wall.
Bus melaju tanpa hambatan di luar perkiraanku, macet, naga-naganya bakal kecepetan. Mau bilang, “Pak supir, jalannya pelan-pelan!”, takut ditabokin para penumpang.
Untungnya sudah datang beberapa pasukan oranye, yang pasti bukan petugas kebersihan. Pertama datang Tatik dari Garut bersama rombongan sirkusnya.
Kami menunggu kawan yang belum datang di tempat check-in. Di sini setiap penumpang yang berpakaian oranye kami perhatian, tentu saja penumpang tersebut memperhatikan kami sesama oranye.
Nah, saat menunggu aku melihat Uun yang asyik berbincang dengan brondong, lelaki architek muda
lulusan Undip. 30 menit kemudian mereka aku hampiri.
“Un, udah dapet namanya
belum?”.
“Belum”.
“Udah dapet hapenya belum?”.
“Belum juga”.
“Aduh Un, masa udah 30
menit belum dapet juga. Ya udah tanya dong!”.
Akhirnya dapat deh nama
dan nomor hape si architek yang namanya kami rahasiakan tetapi tampangnya nggak.
Nah, berikut foto Uun dan si Brondong, kalau ada Jimbo di situ, anggap aja
orang ketiga, maksudku sebagai saksi bahwa ceritaku nggak mengada-ada.
“Bikin cerita Men!,
judulnya sudah 30 menit belum dapet apa-apa”, dan beberapa judul lain dari
Apadelaers. Aku mempunyai judul sendiri, awalnya aku ingin beri judul Brondong
Jagung Bandara Soetta.
Lumayan buat acara
seru-seruan sambil menunggu Andrina si kepala rombongan yang datang paling
telat, padahal dia menasehati kami untuk datang 2 jam sebelum boarding.
Nah, kembali ke soal brondong. Sebagai Kakak Pertama aku
menasehati Uun agar jangan membuang waktu. Dalam mendekati brondong aku memang
sangat berpengalaman.
Biasanya dalam waktu 3 menit aku
sudah dapat nama si brondong.
Menit kelima aku dapat
nomor hapenya.
Begitu menit kesepuluh aku
sudah mendapatkan tabokan darinya.
- Suhartinah Mandala, Siswo Handoko, Endang Murtiningsih and 2 others like this.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar