Kecintaanku mendaki gunung
berawal saat aku duduk di 2 IPA 8, kamu ingat aja namanya Apadela!. Serunya
setelah turun gunung bersama kawan sekelasku Aria dan Vivi, esok harinya
selepas upacara bendera kami harus ulangan kimia yang diajar oleh pak Tatang.
|
Ulangannya hanya 10 soal
yang dibacakan langsung oleh pak Tatang dan kami harus segera menjawabnya di
kertas ulangan, jawabnya harus cepat karena beliau hanya membacakan 2 kali
sebelum masuk ke soal berikutnya. Gila!.
Selesai ulangan kami harus
mengangkat kertas jawaban tinggi-tinggi untuk diserahkan kepada kawan di
sebelah kanan, begitu seterusnya sebanyak 5 kali, yang ada di hadapanku kertas
ulangan kawan yang berada 5 bangku di sebelah kiriku. Pak Tatang memberi jawaban
dan kami harus menilai, dilanjutkan dengan memanggil nama murid untuk
dimasukkan hasil ulangannya di buku nilai. Angkanya do, re, mi, fa, sol.
Anna Lutfiana, murid yang
paling pandai di kelasku yang sekarang menjadi dokter ahli syaraf mendapat
nilai 4. Nah, yang paling pintar dan nggak naik gunung aja nilainya segitu,
bagaimana yang naik gunung?.
Pak Tatangpun berkenalan
dengan yang naik gunung karena merekalah yang justru mendapatkan nilai terbaik.
What!!!.
Aria Mandala dapat 6, Vivi
Muvida memperoleh 7 dan aku sendiri dapat 8.
“Yang namanya Chormen yang
mana?”, pak Tatang ingin kenal.
“Saya pak!”, jawabku
sambil menunjuk tangan.
“Oh, yang itu”, sambil
menatap wajahku untuk dihafal, gampang kok!. Putih, tinggi dan ganteng!.
Gampang ya?.
Itulah sebabnya aku mudah
banget mengajak kawan naik gunung, “Naik gunung bikin orang pinter”, bahkan
menular ke kelas tetangga, Apadela juga, 1 IPA 8 angkatan 82.
Nah, ada satu kebisaan pak
Tatang yaitu memberi quiz dengan menulis pertanyaan di papan tulis, bagi yang
menjawab dengan benar akan mendapat nilai tambahan +1.
Kali ini beliau
mengambarkan bangun senyawa organik, kami diberikan kesempatan mengadu
keberuntungan, nggak ada yang betul jawabannya.
Sekali lagi beliau menulis
soal, kali menulis nama senyawa organik, sambil berkata, “Nama senyawa organik
yang saya tulis salah, yang benar apa?”.
Nggak ada yang berani
maju, karena nggak ada yang tahu jawabannya, dan nggak ada yang nekat kecuali …
aku.
Aku mulai menulis jawaban
di papan tulis ketika pak Tatang bilang, “Kalau benar dapat ples 1 kalau salah
dapat mines 1, nah, kalau kamu takut dikurangi 1 mending duduk aja!”.
Kawan yang duduk di bangku
depan bilang, “Men, duduk aja daripada dikurangin 1!”, “Men, nekat juga lo!”, “Gokil
lo!”.
Singkatnya aku bisa
menjawab dengan benar dan mendapatkan nilai +1. Kamu mau tahu rahasianya? And … the secret revealed (after 30 years).
Karena aku dianggap pandai
oleh pak Tatang, persiapanku harus matang, aku selalu belajar sebelum pak
Tatang mengajar termasuk berajang sana ke kelas 2 IPA 6 yang sebelumnya diajar
pak Tatang, ketemu Sugiarto, salah satu orang terpandai di angkatan 81, sekarang
menjalankan bisnis apotik di Bogor. Dia bilang bahwa ada quiz dan memberitahuku
soal dan jawabannya, ha ha ha.
Gue juga bisa kalau begitu! Gue aduin pak Tatang ah!
1 komentar:
Wow....
Posting Komentar