Aku rajin banget mengumpulkan alamat dan nomor telpon,
hasilnya banyak kawan angkatanku melakukan reuni kelas. Pernah aku ditelpon
Manca yang kelasnya mau reunian di rumah Erlinawati di Bogor.
“Men, dateng dong reunian di Bogor”.
“Gue kan bukan kelas 2 IPA 6”.
“Tapi kan elo anggota kehormatan 2 IPA 6”.
Sayang aku nggak bisa ikut gara-gara sakit typus,
penyakitnya orang miskin.
Lain halnya dengan urusan foto lama, harapanku hampir
pupus. Baru akhir tahun lalu ketika aku mampir di rumah masa kecilku, tiba-tiba
kakakku Lela bilang, “Men, itu ada 3 album SMA aku tarok di pojokan ruang
tivi”.
Aku buru-buru melihatnya. Satu album berisi naik gunung
dan kemping bersama Apadela (2 IPA 8 ’81 dan 1 IPA 8 ’82), satu album reuni dan
close-up kawan-kawan 2 IPA 8 dan satu album campuran. Sudah tentu aku seneng
banget.
Aku lapor kepada kawanku, Apadelaers, mereka pada mau melihat.
Ditetapkanlah tanggal 27 Januari 2012 pakai upacara makan-makan segala. Sungguh
sayang bertepatan dengan demo buruh di Cikarang, jadi banyak yang terjebak
macet, alasan yang bisa diterima. Aku sendiri meminta anakku nggak langsung
pulang, kasihan mereka kalau terjebak macet, bisa BeTe, biar mereka pulang agak
maleman bareng bapaknya.
Seru banget melihat foto lama bareng-bareng.
“Men, yang ini Benny siapa namanya, di kelas kita kan ada
2 Benny”, Uun bertanya
“Benny Respati”, jawabku sekenanya.
“Bukan Benny Respati. Kalau Benny Respati mah gue inget.
Benny yang satunya lagi”.
Kami semua mendekat.
“Yang ini nih!”, Uun melanjutkan,sementara aku
senyum-senyum kecil.
“Itu mah gue”, Benny Krisyanto menjawab.
“Oh iya elo. Nama elo siapa? Maksud gue Benny siapa?”,
tanda-tanda uzur telah tiba.
Lain Uun lain pula Syamsi.
Syamsi telpon setelah aku menjemput Karris, my son, di jalan Cut Mutia, jadi ingat
sop buntut. Nada suaranya sopan banget, “Assalamualaikum pak haji”.
“Waalaikum salam, Syamsi elo nggak kesana?”
“Justru itu pak haji, aku telpon. Aku nggak tahu ancer-ancernya”.
Akhirnya Syamsi sampai juga setelah mendapatkan arahan
dariku. Ada Syamsi pasti ribut. Dia termasuk jenis manusia langka, punya hape
enam biji tetapi tak satupun namaku di phone
book-nya.
Tanpa merasa berdosa dia bilang. “Men, minta nomor
hapenya dong!”.
“Lah, tadi kan elo nelpon gue”.
“Nggak ah, perasaan nggak pernah”.
“Tadi kan elo nanyain tempat ini”.
“Ooohh …., yang aku panggil pak haji ya?”.
“Tumben elo tadi manggil gue pak haji”.
“Jadi Omen ya yang aku panggil pak haji, aku pikir yang
tadi aku telpon ustad Rory”.
Nirmala Chandra likes this.