Entah angin apa yang
membisikiku untuk menelpon Himawan, tanpa bilang “Hallo” atau
“Assalamualaikum” serta-merta di speaker hapeku terdengar, “Men, elo mau
ngajakin ke pengajian? Gue ikutan!”. Yakin sekali kalau aku akan
mengajaknya kembali ke jalan yang benar, atau itu akal-akalan Himawan
untuk mengalihkan pembicaraan, karena takut aku menagih hutangnya. Pis men!.
Di
hari H, kami memang pergi dengan satu mobil, aku yang nebeng, setelah
aku memarkir kendaraanku di Mega Mall Bekasi. Lebih enak karena ada
teman berbincang, daripada janjian bertemu di sekolah. Kalau dia ke
sekolah, kalau enggak?.
Mobil
Himawan masuk ke halaman sekolah setelah pintu pagar aku buka dan
bumper belakang mobilnya beradu kekuatan dengan cagak besi. Kami datang
agak terlambat, shalat ashar berjamaah dahulu, aku yang jadi makmum,
selanjutnya bergabung dalam acara pengajian Smandel 87.
Ceramah
yang diberi judul Iman, Ilmu dan Amal adalah bagian pertama dari
trilogi ceramah Aqidah yang akan dibawakan selama 3 kali oleh ustad
Musnar di hari Sabtu minggu ketiga. Materi dan cara membawakannya bagus,
bahkan dilengkapi dengan kasus untuk dibahas bersama. Kasusnya begini,
seorang Raja mempekerjakan tukang kebun yang bertugas untuk merawat
kebun, suatu sore anak Raja yang masih balita bermain sendiri di kebun
karena sang baby sitter tertidur, tiba-tiba sang balita masuk sumur.
Walaupun mengetahui si tukang kebun tidak bertindak dengan alasan
tugasnya hanya merawat kebun.
Aku
sempat berdiskusi dengan Himawan, kesimpulan kami yang salah Raja
kenapa membuat sumur di kebun. Lagian hari gini Raja masih pakai sumur!.
Acara foto-fotoan juga ada, kali ini aku pasrah aja! Masa sih mau berlari-larian di mesjid.
Mendekati
setengah enam ceramah dan diskusi selesai. Kami utarakan keinginan
kami, aku yang jadi juru bicara, untuk bisa mengikuti acara pengajian
selanjutnya.Zubed, ketua pengajian Smandel 87, dengan senang hati
mengijinkan bahkan menganjurkan untuk mengajak alumni yang lain.
Bada
magrib kami berajak pulang setelah bermain petak-umpat dengan kunci
mobil Himawan, penemunya Mei. Tadinya pemilik kunci mau dikerjain, berhubung yang kehilangan kunci senior batal deh niat ngerjainnya. Alhamdulillah!
Aku
diturunkan Himawan tidak dengan paksa di lampu merah tikungan masuk ke
arah tol Cikampek. Sebelum turun aku bilang ke Himawan, “Wan, tungguin
sebentar gue mau nyiapin uang, takut kecopetan”, sambil mengeluarkan
selembar rupiah berwarna biru dari dompet untuk kutempatkan di saku
kanan celana jeans.
Hendra Gunawan Marsilan,
Men...gw suka menantikan reportase ente yg kaya' gini nih...tulisan ente ringan , lucu , ada ledekan2nye tapi bermakna banget....cakep bro....
Himawan,
Chormen makasih ceritanya, cerita sederhana tapi kalau kau yang tulis semua terasa hidup, cuma satu yang gw tanya, habis nurunin loeh pas mau bayar tol dompet gw nggak ada di saku celana, apa loe yang mindahin ? Isi boleh di ambil Men, tapi mohon KTP, SIM, dan kartu-kartu lain, mohon segera dikembalikan, pliiis.
Salam canda,
Himawan
Hendra Gunawan Marsilan,
wuahahaha...lucu komen elhu Wan.....bener tuh dompet raib...??? Chormen abis ngaji aje berlanjut hobbynye...apalagi abis nge dugem ye Wan...???? salam canda juga ...piss Men
I agree....
Brought smile at the end....
Thx bang Omen....outstanding....
~lhalida~
Himawan,
Seilmu seperguruan jangan buka rahasia. Guru kita sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar