Jumat, 05 Desember 2008

Nyaris Lewat di Gede

Salah satu cara kami menghilangkan rasa kantuk dan lelah adalah bermain cela celaan, yang biasa menjadi pelengkap penderita adalah Hendra Pacet….. he he he kenapa dinamain Pacet karena emang bibirnya kayak lintah, seperti biasanya dia pasrah menerima kenyataan, kadang juga dia timpali. Cara lain adalah berhalusinasi tukang baso yang menunggu di puncak. Sesekali kami meminta yang di depan untuk melambatkan diri.

Jelang subuh sudah berada di puncak Gede, jaket kesayanganku adidas berwarna merah menemani mengusir dingin sambil mengurut kaki kami masing-masing. Matahari mulai membuka tabir malam mulailah terlihat wajah teman yang kelelahan. Gaok membuka ranselnya yang penuh makanan.

Kini perut kenyang, badan kedinginan, mata mengantuk, di atas ponco kamipun tidur bersama dengan ransel sebagai bantalnya. Tiba-tiba aku terbangun dan terkejut ketika kusadari aku sudah meluncur sekitar 3 meter dari tempat semula ke arah jurang diiringi derai tawa teman-teman, sepotong ranting menghentikan lajuku. Aku kembali ke atas dibantu mereka.

Rupanya aku tidur di tepi jurang, begitu mengantuknya sehingga tidak kuperhatikan. Kalau tidak ada ranting pohon itu mungkin aku sudah lewat, rasa deg degan terus bergema di dada, aku bersujud syukur masih diberi kesempatan oleh Allah SWT.

Jam 9 an turun gunung, dengan membawa edelweiss untuk koleksi yang sebetulnya dilarang. Perjalanan paling menyenangkan karena terus menurun, terkadang berlari, jatuh-bangun.. wah pokoknya seneng banget…

Tanpa terasa sudah sampai Cibodas untuk naik truk lagi, di Cililitan kami berpisah Gaok balik ke Tebet, Sulis ke Kayumanis, Pacet ke Klender, Pastur ke Pasar Minggu, Daud ke Manggarai … di perjalanan pulang aku merenungi kejadian subuh tadi, kalau nggak ada ranting… mungkin aku sudah LEWAT dan bukan aku yang menulis cerita ini.

Tidak ada komentar: