Rasanya kurang fair kalau aku suka meminta kawanku
untuk berbagi cerita lama sedangkan aku sendiri nggak ikutan bagi-bagi cerita.
Nah, aku ingat kisah ini
ketika bersama Apadelaers bertemu jidad (bukan salah ketik, tetapi sengaja
jidad pakai huruf de) di Ciampea, 26 Januari 2013, sambil menikmati kudapan
berupa kacang dan jagung rebus. Jagung tuh termasuk makanan kesukaanku jadi aku
nggak menampik tawaran Wati untuk paruhan jagung rebus.
Sebelum berpisah dengan
ikan mas yang berada di 2 kolam yang
seluruhnya berwarna hitam untuk selama-lamanya, karena mereka dipanen dan
dijual, ikan mas berwarna hitam berbaris di kolam yang airnya yang sengaja
disisakan sedikit, seolah memberi salam selamat tinggal.
Ingat ikan, ingat pula
Praktikum Biologi.
Di Laboratorim Biologi
kami pernah membedah ikan mas berukuran sama dengan yang dipanen cuma beda
warna, kuning. Kamu tahu nggak mengapa si korban pembedahan harus berwarna
kuning?, sebab yang warnanya kuning anatomi sisiknya lebih jelas dibandingkan
dengan yang berwarna lain apalagi yang berwarna hitam, itu kata bapak Dasuki,
insinyur lulusan IPB yang mengajar Biologi kami di kelas 2 IPA 8.
Setelah melakukan
pembedahan kami diharuskan mengambar anatomi sang ikan, kata pak Dasuki
gambarku yang paling bagus dan benar, setiap mengoreksi gambar kawanku selalu
beliau berkata, “Coba contoh gambarnya Chormen”, mantap nggak tuh!.
“Men, kenapa sih selalu
pak Dasuki bilang gambar elu yang bagus, coba lu lihat gambar gue kan lebih bagus
dari gambar elu!”, kata Uun sambil menjejerkan gambarnya di samping gambarku.
“Eh, Un mana ada ikan mas
yang sisiknya dari depan sampai belakang ukurannya sama!. Lagian gambar ikan
elu nggak ada garis putus-putus di atas abdomen dari depan ke belakang”.
“Emang ada garis
putus-putusnya”.
“Emang elo nggak lihat!”.
Itulah kesalahan umum saat
mengambarkan anatomi ikan, mereka tidak menggambarkan garis putus-putus yang hanya terlihat jelas di sisik ikan mas
berwarna kuning.
Kenapa gambar anatomiku
paling bagus, ada rahasianya.
Apadela jika bercanda nggak mengenal lelah,
termasuk di Laboratorium.
Nah, di Laboratorium Biologi tuh aku berpura-pura berciuman dengan ikan yang bernasib sial karena mati dibedah, kawan-kawan tertawa geli termasuk pak Dasuki.
Nah, di Laboratorium Biologi tuh aku berpura-pura berciuman dengan ikan yang bernasib sial karena mati dibedah, kawan-kawan tertawa geli termasuk pak Dasuki.
“Coba Men, lagi Men!”.
Aku memperagakannya sekali
lagi, kali ini tawa kawan-kawan semakin menjadi soalnya ketika aku berpura-pura
berciuman tiba-tiba tanganku didorong Ibenk, jadilah aku berciuman betulan
dengan si ikan, yak! Jijay banget!.
Itulah mengapa gambar
anatomi ikanku paling oke, gara-gara ada chemistry yang kuat dengan ikan yang
aku cium kali ya!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar