Banyak di antara kita mengenang saat SMA sebagai masa paling
menyenangkan, persoalan hidup berlum terlalu dipikirkan, kecuali tentang
PR itupun kalau mau dipikirkan. Bagi kami, masa ini lebih dominan dalam
pikiran untuk mengisi akhir pekan demi akhir pekan dengan pendakian
gunung.
Yah, tanpa dinyana di SMA dulu kami membentuk
suatu perkumpulan informal mendaki gunung di Smandel dengan sebutan
“APADELA”, kependekan dari Anak IPA Delapan. Tanpa sengaja dan tentu
menjadi kebangaan tersendiri, bahwa kami yang yunior kelas 1 SMA duduk
di kelas 1 IPA 8’82 dapat diterima dalam Pertemanan yang baik dan
sejajar dengan kakak kelas kami yang duduk di kelas 2 IPA 8’81.
Pertemanan antara dua kelas berbeda angkatan seperti ini barangkali
termasuk fenomena yang langka.
Pasalnya, bukan waktu
itu saja karena kedua kelas kami di Smandel yang bertetanggaan, tapi
juga terlebih lantaran hobi kami yang sama dalam mendaki gunung hampir
saban minggu itu. Dari situlah kami kemudian mengikrarkan diri menjadi
Apadela.
Setiap minggu dengan berbagai cara kami
“bermain” di Cibodas menunggu saatnya mendaki atau terkadang hanya
bermain rugby dengan bola plastik. Di sini tentu anak-anak Apadela
menjadi tidak sendiri. Pasti ada teman-teman Smandel lain yang lebih
senior pula, satu atau beberapa tahun di atas gerombolan Apadela.
Sesungguhnya
anak Apadela tidak juga berarti eksklusif, apalagi berminat menyaingi
Puapala. Dulu di Smandel selalu ada dua kali perkemahan sekolah maka
Apadela pun akan asyik dengan kesibukan masing-masing sebagai Panitia
Perkemahan tersebut. Salah seorang anak Apadela, Himawan, bahkan menjadi
Ketua Puapala.
Beberapa yang lain asyik mendaki gunung
di tempat yang lebih jauh dari “sekedar arena bermain” gunung
Gede-Pangrango. Misalnya suatu saat saya dan beberapa teman mendaki
marathon/ sekalgisu ketiga gunung Slamet, Sumbing, dan Sindoro, di
Jateng. Rombongan kali ini tentu tidak semuanya dengan anak Apadela,
tapi kami perginya dengan Yoyoi, Bambang Ragil, Sri Umbul, dan Chonon,
orang yang paling SMA 8 dibanding anak Smandel yang sebenarnya. Kali
yang lain kami dengan beberapa teman Apadela plus sempat mendaki gunung
Semeru di Jatim.
Romantisme Apadela tidak lepas juga
dari persoalan remaja pada umumnya. Pacaran “incest”, begitu kami
menyebutnya. Hebatnya lagi, sang cowok kelas 1 IPA 8 dan ceweknya 2 IPA
8. Ehm, benar-benar bukti kesetaraan pertemanan lintas-angkatan yang
langka…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar