“Emang ada ya kelas punya hari jadi?”, mungkin itu pertanyaan kamu.
Kalau pertanyaan tersebut
ditujukan kepada Apadela, 2 IPA 8, maka jawabannya “Ya, iyalah!”.
Itulah sebabnya hari ini, 14 Juni
2015, kami merayakan hari jadi kelas kami yang ke 35 tahun.
![]() |
Hikmawati Munawar Selamat ye mba2 ku yg cntik..smoga abadi..
|
Apadela lahir di Gunung
Bunder, area perkemahan Memory Camp SMAN 8, saat kami masih kurus-kurus
kecanduan naik gunung dan kemping.
Sebetulnya acara ini
merupakan acara tahunan Apadela menyambut bulan suci Ramadhan, melaksanakan
ritual salaing memaafkan sebelum berpuasa selama sebulan penuh, namun karena
pilihan tanggalnya jutuh tepat di saat 35 tahun Apadela maka kami melaksanakan
pertemuan ini dengan tajuk, Temu Jidad Apadela: 35 tahun Apadela 146.
Behubung banyak yang
bersedia membawa makanan aku berpesan kepada tuan rumah untuk menyiapkan
kantong plastik yang agak banyakan dan gedean, untuk mebungkus rengginang,
tahu, rujak, kue basah, tart, lupis, puding telor ceplok, dan kawan-kawannya.
Kue ulang tahunnya bawaan
Uun, kebetulan dia bertanya di grup WA Apadela, “Aku bawaan apaan nih?”.
Pucuk dicinta ulam tiba,
aku bilang aja agar membawa kue tart dan lilin 3 dan 5.
“Lilin 3 dan 5 maksudnya
apa?”, Uun nggak mudeng.
“Lilin angka 3 dan 5
maksudnya 35 tahun Apadela”.
Mengetahui merayakan 35 tahun
Apadela, semangat 45 timbul di hati kawan-kawan, untuk merayakannya di rumah
ibu Sarbini.
Aku ke rumah ibu Sarbini,
ibunda Kania, bersama Wijanarko Budi.
Semalam aku ditanya oleh
Budi, “Men, besok elo jemput gue jam berapa?”.
Jawabanku hanya satu angka,
“9”.
Pagi ini jam Sembilan pagi
lebih dikit aku sudah sampai di depan rumah pak Budi, berhubung aku sudah lama
nggak ke rumahnya, aku agak keder, dimulai acara ketuk pintu dengan
“Assalamualaikum”.
Nggak ada jawaban, kok
sepi!. Akhir muncul anak perempuan pak Budi yang mengatakan si ayah sedang
keluar bersama ibu naik motor, nggak jauh, dia pun dengan hape ditangan mencoba
menghubungi sang ayah.
Aku nggak mau kalah, aku
juga menghubungi Budi pakai hape, “Bud, elo ada di mana?”.
“Di rumah Men”.
Nah loh! Kok bisa begitu
….!!
Aku memang agak curiga
yang keluar dari rumah pak Budi, seorang anak perempuan dengan kulit agak putih
sedangkan aku tahu anak Budi berkulit coklat, kulitnya orang Jawa.
Rupanya yang aku datangi
rumah pak Budi Ketua RT.