Baru Jumat malam ketemuan
di jalan Padang dalam rangka bukberan Smandel 81, eh Sabtu malam ini Apadelaers
mau ketemuan lagi TIS Square, emang nggak pada bosen. Aku curiga jangan-jangan
urat bosen Apadelaers sudah putus atau urat kangennya ketebalan.
Yo uwis,
selepas bukber Anak Yatim di SMAN 8, aku bersama Heppy meluncur menuju TIS Square, dengan harapan
semoga saja mendapatkan tempat parkir untuk 2 mobil. Mobil Heppy mengikuti
mobilku, gampang menandainya, soalnya mobil Heppy matanya picek, lampu jauh
kirinya mati. Matinya lampu mobil rasanya belum terlalu lama, masih belum tercium
bau bangkai.
Di dalam Citrus Café, yang
aku lihat Apadelaersnya yang itu-itu juga hampir sama dengan yang hadir di
jalan Padang, cuma Andrina dan Ady Rosdarmawan, yang nggak bisa hadir karena
merayakan ulang tahun ibu mereka.
Sementara Uun yang kemarin
nggak datang ke jalan Padang, kali ini datang, alasannya hari Jumat sibuk
dengan kerjaan, Sabtu ini dia bisa datang ke acara Apadela punya alasan yang
sedikit heroik, di acara Apadela boleh ngangon anak, makanya Uun datang dengan
anaknya Davina.
Sebetulnya Uun nggak
ngangon anak, soalnya aku lihat dari tadi dia sibuk ngerumpi ke kanan dan ke
kiri, justru kitanya yang sibuk ngangonin anaknya.
Ini juga alasan Maya dan
Dodit, pasangan Smandel 85, menitipkan kedua anaknya kepada Ratih.
Sewaktu aku tanya,
bocah-bocah itu seneng banget ikut acara Apadela, dan mau ikutan lagi.
Anak-anak aja suka!.
Seperti layaknya, yang
datang belakangkan harus menyalami satu-persatu, dan one by one pula aku memanen keluhan gara-gara aku belum sempat
menulis cerita Temu Jidad Apadela: the Great Wall, China. Mereka sampai hafal
loh judul cerita di blogku.
“Men, mana cerita ke
Chinanya masa baru satu yang Prambanan, Jawa Timur?, eh, barusan nongol lagi,
Women In Kaftans”, cerita bukberan bersama wish-coolers.
“Wah, belum sempet tuh!, udah
kebayang sih bakalan ada 10 judul, siap-siap aja gue ledekin”.
Aneh juga Apadela,
diledekin di blog malah seneng!.
Jujur aku sempat kecil
hati mengetahui acara ini paling belakangan, kok Apadela sudah mulai main
belakang bikin acara nggak bilang-bilang, rupanya acara ini kerjaan emak-emak,
kalau bahasa kerennya Darma Wanita, aku mulai mengerti mengapa Aria, Iriana,
Syamsi pada bilang, “Gue juga nggak tahu!”.
Biang repotnya Apadela
Beijing, Jimbo, Tina, Uun, Iin, Ika ditambah Kania. Pantes aja Azwardi yang
merangkap Ketua Smandelers 81 bilang, “Enak banget lo, Darma Wanita Apadela aktif
banget!”.
Oh, iya ada satu orang
yang aku belum ceritakan, Vivi, yang rencananya barengan aku ke sini. Sewaktu
shalat magrib aku matikan hapeku, dan lupa menyalahkannya, Vivi sudah pergi
sendiri. Untung hapeku belum tercium bau bangkai gara-gara kelamaan matiinnya.